Manakala kita mendapat
musibah atau masalah, kita merasa kesal terhadap orang-orang yang mejadi
dalang dan sumbernya. Kadangkala kemarahan dan kedongkolan itu terus terbawa, dan kita seakan larut memikirkannya. Ini yang sebenarnya tidak perlu terjadi.... karena para trouble makers tersebut sama sekali telah tertutup mata
dan hatinya. Mereka orang-orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya belaka, tidak
peduli dengan perasaan orang lain. Tindakannya hanya mengolah sana dan sini,
bermain atas nama keluarga yang seakan peduli, padahal tujuan sebenarnya hanyalah satu..... khianat.
Hanya ada satu cara menghadapinya, tutup buku, lupakan dan sejauh mungkin... hindarkan.
Hal yang indah dan nyamanlah yang seharusnya kita
larutkan dalam fikiran. Bagaimana kesan bersama orang-orang terbaik kita selama
ini dapat sentiasa terputar ulang secara periodik dalam memori kita.
Di kampus tercinta ini misalnya, Pak Rektor, Pak Warek dan Pimpinan Yayasan yang selama ini begitu
baik menyambut kita dalam meneruskan silaturahmi ureuengchik geutanyo. Dengan
ikhlas dan tangan terbuka mereka menerima kehadiran kita dan menempatkan kita
pada posisi yang baik dan sesuai dengan harapan. Semua ini begitu membekas dilubuk hati
yang terdalam serta terukir indah dalam memori.
Lebih jauh saya melihat ini adalah pribadi khas masyarakat
peusangan sebagai kearifan lokal, warisan paling beharga dari para endatu kita. Terukir dalam
catatan sejarah.... betapa beliau sebagai uleebalang sangat menghindari konflik.... khususnya dengan
daerah (keudjrueen) sekitarnya. Sebaliknya mereka justru menyambung silaturahmi
dengan ikatan perkawinan, persaudaraan dan lain sebagainya.
Kekuatan silaturahmi ini ternyata menghadirkan berbagai dampak positip. Masyarakat sekitarnya menjadi saling menghormati dan egaliter, lebih lagi mereka patuh dan hormat kepada pemimpin dan ulama. Keharmonisan dalam masyarakat juga berimbas kepada produktivitas dari unit terkecil yaitu keluarga.
Kekuatan silaturahmi ini ternyata menghadirkan berbagai dampak positip. Masyarakat sekitarnya menjadi saling menghormati dan egaliter, lebih lagi mereka patuh dan hormat kepada pemimpin dan ulama. Keharmonisan dalam masyarakat juga berimbas kepada produktivitas dari unit terkecil yaitu keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar