Kenapa perlu teruslah menulis?... karena
bagi saya selama ini menulis menjadi pengobat hati yang luka, penyemangat saat
suka dan duka karena.. torehan kata-kata tersebut seakan berwujud dan
selanjutnya langsung maupun tidak dapat memberi solusi terhadap berbagai
masalah kita. Kala kita merasa kurang enak terhadap suatu kondisi, cobalah merekam kejadian tersebut dengan
kata-kata, dan ternyata goresan kata-kata itu seakan menjadi terformat dalam
suatu susunan yang teratur dan rapi. Dari sini... lebih jauh lagi kita dapat
melihat akar daripada masalah, mengantisipasinya bahkan dapat menerapkan
langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikannya.
Akibat
terlalu banyak membaca, maka kita haruslah menulis. Karena semua sistem
kehidupan ini pada hakekatnya haruslah terus mengalir. Katakanlah ibarat sungai, aliran air ini
akan banyak memberi manfaat bagi sekitarnya. Manakala tidak mengalir malah
air tersebut akan menjadi kubangan bagi tumbuhnya berbagai penyakit. Misalnya karena suatu hal
aliran itu terbendung, maka akan menyebabkan air akan mengalir kesegala
penjuru tanpa tentu arah. Jadilah sesuatu yang sebenarnya sangat bermanfaat,
menjadi sumber malapetaka yang besar.
Demikian
juga dengan menulis.. Semakin kuatnya minat membaca, menyebabkan banyak
informasi masuk kedalam minda kita. Ini perlu penyaluran yang baik. Misalnya
kita salurkan secara verbal, belum tentu akan berakibat baik. Komunikasi verbal
memerlukan partner yang sesuai dan memang sulit untuk diperoleh, hasilnya komunikasi
menjadi macet dan tidak mencapai sasaran.
Komunikasi
yang terbaik adalah melalui tulisan.. Dengan menulislah kita dapat menyampaikan
informasi secara runtun, teratur dan detail. Lebih jauh lagi.... kita bisa merancang sendiri
partner virtual sebagai lawan berkomunikasi, sehingga akhirnya semua keinginan
dalam fikiran kita dapat tersalurkan. Dengan tercapainya apa-apa yang diharapan,
maka seakan kita telah membangun suatu jembatan yang lebih baik, dimana akan semakin
banyak gagasan-gagasan baru yang timbul dan berakhir diujung pena kita nantinya. Ini semua meciptakan suatu sensasi yang luar biasa.... bahwa ternyata menulis itu merupakan suatu kegiatan yang sangat mengasyikkan.... dan juga mencerdaskan.
Agar pembaca dapat terbawa ke alam nyata, dalam tulisan kita dituntut untuk menghadirkan dialog. Dari sini akan tercipta suatu komunikasi yang melibatkan pola pikir dari berbagai sumber layaknya contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dampaknya tulisan akan terasa ringan untuk dicerna serta terselipnya nuansa yang berwarna warni yang hadir berupa saran, pesan, kesan, motivasi dan sebagainya.
Lantas apa bedanya dengan menulis ilmiah? sering muncul pertanyaan berikut. Bedanya yang jelas adalah menulis ilmiah harus mencantumkan sumbernya. Artinya kita harus mencatat sumber-sumber bacaan kita. Dari berbagai referensi ini sejatinya akan lahirlah gagasan yang kita ramu dalam suatu format tulisan berupa makalah/jurnal.
Seyogianya menulis ilmiah ini lebih mudah, karena kita dapat mengedit dari sumber-sumber bacaan kita. Adapun cerita dapat kita rangkai dari berbagai rumusan masalah dan metode penyelesaiannya. Namun untuk tulisan ilmiah kita harus menguasai teknis yang terkandung dalam tulisan serta perkataan harus dipilh yang ringkas.
Tulisan ilmiah juga harus menyertakan gambar visual baik berupa diagram, tabel, foto dan jenis lainnya. Ungkapan "picture speaks thousand word", perlu diterapkan dengan lebih banyak mengungkapkan ide berupa gambar. Dengan melihat informasi dan data-data berupa visual tersebut maka tulisan akan lebih mudah dipahami dan inilah yang menentukan kualitas dari makalah kita.
Kemampuan berbahasa Inggris dan membaca harus benar-benar terasah dengan baik sebagai bekal bagi penulisan ilmiah tersebut. Hampir semua literature yang baik berbahasa Inggris yang memang sesuai sebagai standard penulisan ilmiah. Dengan banyaknya referensi tersebut, kita akan lebih mudah melahirkan tulisan ilmiah. Selanjutnya tulisan tersebut juga dapat diterbitkan di jurnal international dengan impact factor yang tinggi karena lebih banyak dibaca dan menjadi sitasi bagi peneliti lainnya.
Agar pembaca dapat terbawa ke alam nyata, dalam tulisan kita dituntut untuk menghadirkan dialog. Dari sini akan tercipta suatu komunikasi yang melibatkan pola pikir dari berbagai sumber layaknya contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dampaknya tulisan akan terasa ringan untuk dicerna serta terselipnya nuansa yang berwarna warni yang hadir berupa saran, pesan, kesan, motivasi dan sebagainya.
Lantas apa bedanya dengan menulis ilmiah? sering muncul pertanyaan berikut. Bedanya yang jelas adalah menulis ilmiah harus mencantumkan sumbernya. Artinya kita harus mencatat sumber-sumber bacaan kita. Dari berbagai referensi ini sejatinya akan lahirlah gagasan yang kita ramu dalam suatu format tulisan berupa makalah/jurnal.
Seyogianya menulis ilmiah ini lebih mudah, karena kita dapat mengedit dari sumber-sumber bacaan kita. Adapun cerita dapat kita rangkai dari berbagai rumusan masalah dan metode penyelesaiannya. Namun untuk tulisan ilmiah kita harus menguasai teknis yang terkandung dalam tulisan serta perkataan harus dipilh yang ringkas.
Tulisan ilmiah juga harus menyertakan gambar visual baik berupa diagram, tabel, foto dan jenis lainnya. Ungkapan "picture speaks thousand word", perlu diterapkan dengan lebih banyak mengungkapkan ide berupa gambar. Dengan melihat informasi dan data-data berupa visual tersebut maka tulisan akan lebih mudah dipahami dan inilah yang menentukan kualitas dari makalah kita.
Kemampuan berbahasa Inggris dan membaca harus benar-benar terasah dengan baik sebagai bekal bagi penulisan ilmiah tersebut. Hampir semua literature yang baik berbahasa Inggris yang memang sesuai sebagai standard penulisan ilmiah. Dengan banyaknya referensi tersebut, kita akan lebih mudah melahirkan tulisan ilmiah. Selanjutnya tulisan tersebut juga dapat diterbitkan di jurnal international dengan impact factor yang tinggi karena lebih banyak dibaca dan menjadi sitasi bagi peneliti lainnya.
tes
BalasHapus